
Memang kondisi dinegeri ini cenderung mengkhawatirkan karena Pileg 2009 dilaksanakan secara serentak diseluruh tanah air dan melibatkan ribuan calon legislator dari seluruh pelosok negeri. Nah, sejauh ini tidak pernah dilakukan riset mendalam terhadap kondisi mental-spiritual-finansial para personal yang telah mengikuti ‘perlombaan’ — walau sebagian besar dilaksanakan secara curang dan terdisain — bagaimana kondisi mereka pasca event tersebut.
Kami berdua pasangan suami-istri yang telah mengarungi bahtera rumah tangga selama hampir seperampat abad merasa baik-baik saja serta tidak mengalami stress apapun juga. Alhamdulillah barangkali karena kami telah sejak remaja dikenal orang menjadi figur publik, memiliki penghasian baik, termasuk pendidikan yang cukup. Tentunya bila perjuangan kami berdua berhasil kami akan merasa sangat berbahagia dan bila gagal akan sedikit merasa sedih. Namun akan berhenti sampai dititk tersebut saja rasa sedihnya. Kami berdua insya Allah akan terhindar dari petaka depresi yang tidak diperlukan. Pertama karena iman kami cukup, dan kedua karena kami sangat mahfum buruknya kerja pemerintah kita pasca Orde Baru dan selama masa transisi reformasi sekarang ini yang tidak transparan apalagi akuntabel.
Tidak perlu merasa depresi saudara-saudariku sekalian para calon legislator yang disayang Allah. Karena hidup adalah panggung sandiwara. Menjadi Wakil Rakyat bukanlah satu-satunya aktualisasi diri dibumi Pertiwi Indonesia. Dan bila tidak terpilih, insya Allah dunia tidak akan berhenti berputar!
Allahu Akbar! Kita belum merdeka!
Salam kasih,
Marissa Haque Fawzi (PPP) dan Ikang Fawzi (PAN)
di Pelangi Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, 2009.